Jantungnya
berdegub kencang. Dia terlihat takjub. Tampak sebuah batu seukuran telur angsa
berpendar keperakan di hadapannya. Suasana goa yang temaram turut menambah efek
dramatis. Harta karun yang dicarinya selama ini telah berhasil ditemukan. Dia
hanya perlu mengulurkan tangan meraih batu bertuah nan berharga yang dijuluki
"Reruntuhan Musim Dingin" itu. Di saat biasa, dia pasti telah
berteriak kegirangan. Entah mengapa kali ini suaranya tertahan. Mungkin kilau
dari batu itu penyebabnya. Segera dibukanya tas lusuh yang sedari tadi telah
tersampir di pundak.
Nafasnya
tertahan, tangannya terjulur. Bisa dirasanya udara dingin menguar di sekeliling
batu itu. Dia mulai menggenggamnya. Ya, ya, ini bukan batu biasa. Seakan batu
tersebut hidup dan liar. Tangannya tersengat. Sengatannya begitu tajam.
"Aaaahh…!"
Teriakannya
kali ini tak tertahan dan dengan napas terengah dia terduduk di atas sebuah
ranjang. Bersamaan dengan itu dia mengibaskan tangannya yang terasa basah.
Benda seperti dadu yang sedikit cair baru saja terhempas ke lantai kamar. Es
batu!
“Hahaha…” Terdengar
suara tawa dari balik pintu kamar yang telah terbuka. Adiknya memang selalu
punya cara jitu untuk membuatnya bangun. Pagi ini caranya dengan membuatnya
menggenggam es batu.
sumber |
Dia pun segera
turun dari ranjang untuk melancarkan serangan balasan. Dia tidak rela mimpi
indahnya tadi terputus begitu saja. Namun baru satu langkah, dia berhenti dan
tertegun. Ada sesuatu yang mengintip dari dalam tas sekolahnya yang terbuka
yang saat itu tengah tergeletak manis di lantai di salah satu sudut kamarnya.
Sesuatu itu berkilau keperakan. Dia melangkah mendekati tasnya. Dengan tangan
yang masih terasa basah, dia mengusap matanya. Jantungnya berdegub kencang. Dia
terlihat takjub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar